Kadang-kadang kasih setia Tuhan tidak pernah kita rasakan, karena kita tidak pernah memperhatikan kasih setia Tuhan. Apa yang Anda ingat, itulah yang akan dinikmati (Ratapan 3:20). Apa yang diingat nabi Yeremia?: Murka Tuhan (ayat 1), dipenjara (ayat 5-7), mengalami ketakutan (ayat 10), putus asa (ayat 18), jalan buntu (ayat 9), dipermalukan (ayat 14), kelaparan (Ratapan 1:11), tidak didengar Tuhan (ayat 8). Pada waktu Yeremia tertekan, dia melihat masalahnya. Tetapi dia kemudian merubah cara pandangnya. Dia melihat Tuhan di dalam masalah.
- Janji Allah. Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya (ayat 22). Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian (2 Petrus:9a).
- Selalu ada (ayat 22). Kasih setia Tuhan bukan sesuatu yang diproduksi di dunia ini sehingga bisa kehabisan stock dan tidak lagi tersedia. Dalam ratapannya, Yeremia justru menyatakan bahwa kasih setia Tuhan adalah hal yang tak berkesudahan dan tak habis-habis. Iman kita telah menuntun kita untuk bukan saja mempercayai, tetapi juga mengalami kasih setia yang selalu ada itu. Dari kekal sampai kekal, kasih setia-Nya selalu ada.
- Selalu baru (ayat 23). Sifat dari kasih setia-Nya selain selalu ada dan tersedia, juga selalu tersedia yang baru setiap pagi. Artinya, Tuhan tidak memberikan yang sisa, melainkan selalu yang terbaik bagi seluruh umat-Nya. Tahun berganti, waktu terus berlalu. Apa yang lama telah menjadi usang, namun kasih setia Tuhan terus-menerus ada dan selalu baru.
- Selalu baik (ayat 24-25). Selain selalu ada dan selalu baru, sifat berikutnya dari kasih setia Allah adalah selalu baik adanya. Kebaikan-Nya itu akan dialami oleh mereka yang berharap kepada Tuhan. Dialah sumber pengharapan abadi, sepanjang masa. Kebaikan-Nya juga tersedia bagi jiwa-jiwa yang mencari Dia. Di akhir tahun ini, mari meningkatkan semangat untuk terus mencari Tuhan yang penuh kasih setia.