Ketika kita beriman kepada ketuhanan Kristus, maka dasar kepercayaan kita harus kuat. Pondasi kekristenan kita harus diletakkan kepada pada ketuhanan Kristus sebagai dasar yang kokoh dan tak bisa digoyahkan. Kesaksian tentang Kemesiasan-Ketuhanan Kristus tidak bersumber pada “indoktrinasi pokoknya”, tetapi dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Kesaksian itu berasal dari:
- Yohanes (Yohanes 1, 14): Yesus, Sang Firman adalah Pribadi yang kekal yang dinyatakan oleh Yohanes. Dia sudah ada sejak mulanya dalam kekekalan, tidak dibatasi oleh waktu. Firman itu Bersama-sama dengan Allah, tak terpisahkan satu dengan yang lain. Jika Allah kekal, demikianlah juga Firman-Nya. Firman itu kemudian menjadi manusia, diam diantara manusia. Apa yang semula jauh dan tak kelihatan, sekarang berkenan menyatakan diri dan mau ditemui.
- Petrus (Matius 16:16: Ketika Yesus bertanya kepada para murid tentang siapakah Dia, Simon Petrus menyatakan: “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Pengakuan itu tidak ditolak atau dikoreksi oleh Yesus, namun justru ditegaskan bahwa kesaksian itu bersumber dari Bapa Sorgawi. Karena pengakuan akan kemesiasan-Nya, kemudian Yesus berjanji untuk mendirikan jemaat-Nya di atas dasar itu (Matius 16:18).
- Kesaksian Yesus sendiri. Setelah Yesus mencuci kaki para murid-Nya, Dia berkata, “Kamu menyebut Aku GURU dan TUHAN, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah GURU dan TUHAN.” Sekali lagi Yesus tidak menyalahkan dan melarang para murid untuk menyebut-Nya Guru dan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa memang demikianlah faktanya. Dengan demikian iman kita kepada-Nya tidak dilandasi pada sesuatu yang rapuh, namun pada pengakuan-Nya sendiri. Tentu saja ini lebih dari cukup sebagai pondasi yang teguh.